Kamis, 05 Mei 2011


METODE PEMASANGAN KONDOM KATETER UNTUK TANGANI PERDARAHAN
By, MUN AMINAH, S.SiT




Sangat menyenangkan bukan jika negara kita merupakan negara terkaya akan hasil alamnya, tetapi jika negara kita menjadi salah satu penyumbang kematian ibu terbanyak dinegara berkembang, apakah menjadi suatu kebanggaan? Tentu tidak.
Sudah berbagai cara dikembangkan untuk  menurunkan morbiditas dan mortalitas di negara kita. Dari data SDKI tahun 2007 diperoleh data untuk angka kematian ibu 228/100.000 KH. Sedangkan  hasil SDKI tahun 2002/2003 yaitu sebanyak 307/100.000 KH. Jika dilihat dari perbandingan tahun 2003 dan 2007 memang mengalami penurunan, tetapi Angka ini tegolong masih tinggi jika dibandingkan dengan negara maju. Rata-rata angka kematian ibu ini disebabkan karena perdarahan saat persalinan atau setelah bersalin. Menurunkan AKI salah satu diantaranya adalah pengelolaan perdarahan pasca salin, meliputi pengenalan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca salin, pencegahan terjadinya perdarahan dan penanganan perdarahan pasca salin yg efektif.
Penyebab primer perdarahan pascasalin beberapa tahun terakhir kita kenal dengan  Empat T, yaitu : Tone/ Tonus ( Atonia Uteri), Trauma (perlukaan jalan lahir, inversi uteri)Tissue/ jaringan (retensi placenta, placenta Akreta), Trombin (gangguan koagulasi )
Oval: Penyebab perdarahan


Hampir 70% kasus paling banyak perdarahan pasca salin disebabkan atonia uteri. Atonia dapat terjadi setelah persalinan per vaginam, persalinan operatif/persalinan abdominal, disebabkan karena kondisi otot polos uterus gagal berkontraksi untuk menjepit pembuluh-pembuluh darah spiral di tempat perlekatan placenta sehingga perdarahan terjadi sangat cepat, dikarenakan kecepatan aliran darah pd uterus aterm diperkirakan 700 ml per menit, sehingga sangat memungkinkan terjadinya kematian pada ibu bersalin. Penelitian membuktikan bahwa atonia uteri lebih tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dgn vaginal (studi kohort insiden atonia uteri setelah SC primer 6%). Analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor kehamilan kembar, ras tertentu, induksi >18 jam, janin besar, pemberian MgSO4 dan kasus Ketuban Pecah Dini (KPD)  merupakan  resiko Atonia Uteri.

Jika atonia tidak segera ditangani dapat menyebabkan syok bahkan kematian. Tanda gejala syok antara lain:
1.      Nadi lemah dan cepat (110 kali/menit atau lebih)
2.      Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
3.      Nafas cepat (frekuensi pernafasan) 30 kali/ menit atau lebih
4.      Urine kurang dari 30 cc/jam
5.      Bingung, gelisah atau pingsan
6.      Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah.
7.      Pucat

Penatalaksanaan atonia uteri :

1.      Langkah awal
Sering kita kenal dengan A, B, C

a.       A (airway)
*       Bebaskan jalan napas dengan meninggikan posisi kepala lebih ekstensi
*       Ask for HELLP !!
*      Observasi dan bicara pada pasien
b.      B (Breathing)
Melakukan Oksigenasi 2 liter pada ibu dengan frekuensi pernapasan lebih dari 24 x/menit.
c.       C (Circulation)
Jika frekuensi nadi lebih dari 100x/mnt, lakukan pemasangan infus 2 jalur

2.      Penatalaksanaan Medisinalis
a.       Pemberian obat

b.  Tindakan

*      Lakukan masase selama 15 detik
*      Jika masase gagal lakukan kompresi bimanual internal (KBI)
*      Jika gagal lanjutkan dengan kompresi bimanual eksternal (KBE)
*      Jika masih gagal lakukan tindakan lanjut dengan modalitas yang ideal
·         Cepat hentikan perdarahan
·         Mudah dilakukan
·         Alat dan bahan mudah disediakan
·         Murah
·         Aman

3.      Penanganan Konservatif
a.       N o n   P e m b e d a h a n
1)      Tampon Kassa
Risiko:
- Perdarahan tersembunyi
- Infeksi
- Trauma
- Lebih lama
- Lebih sulit
2)      Balon intrauterin  (balon kateter)
Tindakan yang cepat dan logis bila medikamentosa gagal hentikan perdarahan
Oval: - Balon kateter no.24
- Kondom dikembangkan hingga 250-500 cc
- 
- Harga murah

BALON KONDOM KATETER
1.      Kateter dimasukan kedalam kondom dengan cara aseptik dan di ikat
2.      Buli-buli dipasang kateter menetap
3.      Dalam posisi litotomi, kateter dan kondom dimasukan ke cavum uteri
4.      Kateter diisi cairan 250-500 cc
5.      Observasi perdarahan jika sudah berkurang cairan dihentikan dan kateter diikat
6.      Dipasang tampon vagina untuk menahan kondom
7.      Kontraksi uterus dipertahankan dengan drip oksitosin ≥ 6jam
8.      Diberikan antiboitik
9.      Kondom dipertahankan setelah 24-48jam, dilepas gradual 10-15 menit

KONDOM HIDROSTATIK TAMPONADE (MODIFIKASI SAYEBA)
Perlengkapan yang diperlukan :


PROSEDUR
ü  Tidak menggunakan Kateter Folley
ü  Set infus yang telah disambungkan dengan cairan
ü  ujungnya dimasukkan ke dalam kondom
ü  kondom diikatkan pada ujung set infus.
ü  Selanjutnya dimasukkan ke dalam kavum uteri
ü  Kondom bisa digembungkan 500 - 2.000cc



KEUNGGULAN
1.      Petugas kesehatan termasuk bidan dapat lakukan  teknik ini
2.       Aman, sederhana dan murah
3.      Dapat dijadikan penilaian apakah perlu dilakukan  pembedahan untuk hentikan perdarahan

Ingat !!!!!

         Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pd ibu yg menderita anemia berat , ibu dpt kehilangan darah 350-560 cc/menit.
         Meninggal karena perdarahan postpartum dlm waktu 1 jam setelah melahirkan.
         Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus-menerus atau perdarahan tiba-tiba adalah keadaan darurat.
         Perdarahan post partum dari episiotomi atau laserasi mungkin terjadi bersamaan dgn atoni uteri.
         Syok harus segera diatasi & cairan yg hilang hrs diganti.
         Berikan suplementasi zat besi setelah perdarahan.
         Perdarahan dpt terjadi kapan saja sesudah bayi lahir.
         Ruptura uteri dpt terjadi dlm persalinan tanpa tampak adanya perdarahan keluar.
         Jangan panik dlm menghadapi perdarahan postpartum.

Dengan adanya usaha setidaknya kita maju selangkah untuk mengurangi angka kematian ibu. Keselamatan ibu adalah keselamatan generasi penerus bangsa yang cerdas dan handal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar